Kamis, April 16, 2009

10 BUMN Laba Terbesar

(BUMN Track No. 21 Th. II April 2009) - Menteri Negara BUMN Sofyan A Jalil tak dapat menyembunyikan kegembiraannya, ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang kinerja perusahaan-perusahaan Negara tahun 2008. Menurut Sofyan, pada tahun buku 2008 secara keseluruhan BUMN menunjukkan kinerja yang cukup bagus.
Memang diakui total laba bersih yang berhasil dihimpun dibawah target yang dipatok kementerian. Total akumulasi laba bersih BUMN tahun 2008 mencapai Rp 78.684.108 triliun. Tapi itu tidak serta merta menunjukkan kinerja BUMN tidak optimal. Ada selisih kerugian kurs senilai Rp 12 triliun. "Jadi kalau tidak ada rugi kurs target laba bersih terlampaui", jelas Sofyan pada coffee morning dengan wartawan, akhir maret.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang jadi patokan adalah sesuai yang ditetapkan APBN 2008, yaitu Rp 9.400 per dollar AS. Tapi kenyataannya sepanjang tahun kemarin nilai dollar terus melambung sehingga rata-rata Rp 11.000 per dollar AS. Rugi kurs ini pada gilirannya menggerus laba BUMN.
Dari 141 BUMN, 118 BUMN membukukan keuntungan. Sementara yang masih rugi ada 23 BUMN. Dari total laba bersih, hampir 80 persen atau Rp 62.235.115 disumbangkan oleh hanya 10 BUMN.
Keuntungan terbesar tetap dibukukan PT Pertamina (Persero), senilai Rp 30.195.140. Ada lonjakan lebih dari Rp 5 triliun dibanding laba bersih tahun 2007 sebesar Rp 24.459,93. Lonjakan ini antara lain dipicu oleh kenaikan harga minyak di pasaran internasional. Telkom berada di urutan kedua meskipun laba bersih dibukukan turun dibanding tahun 2007. Laba bersih Telkom Rp 10.330.000, sementara tahun 2007 mencapai 12.857,02.
Yang menunjukkan kinerja luar bisa tahun 2008 adalah sektor perbankan. Tahun 2007 BRI berada di urutan keempat, dengan total laba Rp 4.838.00 triliun. Tahun ini BRI menyodok ke urutan ketiga BUMN laba terbesar, dengan mencatat laba bersih sebesar Rp 5,958 triliun. Urutan berikutnya adalah bank mandiri, dengan laba bersih Rp 5,31 triliun, atau tumbuh 22,3 persen dibanding laba bersih tahun 2007 sebesar Rp. 4,345 triliun.
Laba bersih BNI tahun 2008 mencapai Rp 1,222 triliun, tumbuh sebesar 36 persen dibanding tahun 2007 sebesar Rp 898 miliar. Meskipun BNI kembali belum bisa masuk jajaran 10 besar BUMN. Dengan demikian untuk kedua kalinya berturut-turut BNI tidak tercatat di 10 besar BUMN penyumbang laba terbesar.
Tahun 2008 harus dicatat tahun tidak terlalu cerah bagi PT Aneka Tambang Tbk. Harga komoditi yang melorot tajam, menyebabkan keuntungan bersih perusahaan ini terkoreksi cukup tajam. Tahun 2007 Antam berada di urutan ketiga penyumbang laba terbesar, denga keuntungan bersih Rp 5,132,46 triliun. Tahun 2008 laba bersihnya merosot ke posisi Rp 1,368 triliun, sehingga hanya berada di urutan ke sembilan BUMN laba terbesar.
Berbeda dengan Antam, BUMN lain yang berurutan dengan komoditi tambang, yaitu PT Tambang Batubara Bukit Asam (PT BA) justru menunjukkan lonjakan laba yang amat signifikan. Tahun 2007 PT BA baru bisa menghasilkan laba bersih senilai Rp 726,211 miliar, tahun 2008 jumlah laba bersih meningkat 135 persen menjadi Rp 1,707 triliun. Kenaikan yang amat signifikan ini mengantar PT BA masuk ke 10 besar pada urutan ketujuh.
Masuknya PT BA kejajaran 10 besar, membuat PT Jamsostek tergeser ke luar. Tahun 2007 Jamsostek berada di urutan ke-10 dengan laba bersih Rp 998,393 miliar. Tahun 2008 laba bersihnya turun ke angka Rp 937,664 triliun yang membuat perusahaan tumpuan para pekerja ini tidak terdeteksi di 10 besar.
Tantangan 2009
Sofyan A Djalil menyebut tahun 2008 sebagai tahun yang amat dinamis, ditandai dengan berbagai persoalan eksternal yang cukup signifikan implikasinya terhadap BUMN, terutama empat bulan terakhir.
Secara kuantitatif, terjadi peningkatan yang amat signifikan jika dibandingkan kinerja 2004, atau tahun awal Kabinet Indonesia Bersatu. Total laba bersih tahun 2004 baru di angka Rp 44 triliun, tahun 2008 sudah Rp 78.6 triliun. Capex atau belanja modal 2004 baru Rp 32 triliun, opex atau belanja operasional, tahun 2004 sudah mencapai Rp 409 triliun, tahun 2008 sudah menembus Rp 836 triliun. Jumlah ini melampaui belanja pemerintah pusat tahun 2008 sebesar Rp 716 triliun.
Meneg BUMN mengingatkan, tahun 2009 akan menjadi tantangan besar karena kondisi makro ekonomi yang tidak kondusif, yang dapat mempengaruhi kinerja BUMN "Jika pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh 4,5 persen seperti diproyeksikan, alhamdulillah sekali," kata Sofyan.
Di luar capaian positif itu, masih ada sejumlah BUMN yang merugi. Namun harus dicatat bahwa dari tahun ke tahun jumlah BUMN yang merugi terus menurun. Tahun 2006 tercatat 38 BUMN masih merugi. Tahun berikutnya jumlah BUMN rugi turun ke angka 32, dan tahun 2008 kemarin tinggal tersisa 23 BUMN.
Kementerian BUMN akan terus bekerja keras untuk mendongkrak kinerja BUMN rugi. Di sisi lain, capaian positif tahun 2008 akan terus dipertahankan dan ditingkatkan. Sofyan menyebutkan secara kualitatif kinerja BUMN juga sudah lebih baik, dan itu diakui oleh para praktisi bisnis perkebunan, misalnya, memuji PTPN yang terus menunjukkan perbaikan cukup mendasar. "BUMN di semua sektor kinerjanya secara kuantitatif dan kualitatif lebih baik. Praktis efisiensi sudah lebih baik. Saya katakan, BUMN hari ini lebih baik dari kemarin. Ini terbukti. Tanyakanlah pada praktisi bisnis," ucap Meneg BUMN tegas.

0 komentar: